Senin, 30 Maret 2009

Beli Obligasi? Kenapa tidak

Pasar saham dan pasar modal merambat naik di tahun 2006 dan membumbung tinggi di tahun 2007 berimbas pada menggeliatnya pasar obligasi. Sepanjang tahun 2007, obligasi korporasi mencatat pertumbuhan tertinggi. Sebanyak 37 emiten menerbitkan 74 seri obligasi senilai Rp 30,2 triliun.

Namun tahun 2008, harga minyak mentah dunia mulai menurun yang berimbas juga dengan menurunnya pasar obligasi. Sampai dengan nopember hanya tercatat 21 emiten senilai Rp 12,9 triliun.

Ketika negeri paman Obama terkena subprime mortgage, Indonesia terkena dampaknya juga, yang berefek negatif pada pasar modal emerging market. Pasar obligasi yang sangat rentan pada pergerakan suku bunga terkena dampaknya. Yield obligasi menanjak dan harga obligasi pun menurun.

Pergerakan pasar obligasi masih belum bisa diprediksi alias masih penuh ketidak pastian sehingga volatilitasnya masih tinggi. Meskipun demikian, banyak pengamat mengemukakan analisisnya bahwa fundamental ekonomi Indonesia lebih bagus dibanding krisis tahun 1997/1998. Para pelaku pasar obligasi juga optimis pada peningkatan di tahun 2009 ini.

Secara umum belum ada default dari emiten penerbit obligasi. "Eksposure yang dihadapi investor obligasi semeta-mata merupakan risiko pasar bukan risiko kredit". menurut Agus dari Trimegah Sekuritas. Untuk amannya, bagi investor awam lebih baik memilih obligasi pemerintah atau kalau mau membeli obliasi korporasi lebih baik memilih obligasi BUMN.

Obligasi korporasi yang merupakan pilihan pelaku pasar pada tahun 2008 seperti disajikan majalah investor desember 2008 adalah obligasi Adira Dinamika Multi Finance II, Astra Sedaya Finance VIII, Bank BTN XII, Indofood Sukses Makmur III, Indosat V, Jasa Marga XII, Medco energi international I, Perum Pegadaian XI, PLN VIII dan PTPN III.

Tujuh tips membeli obligasi seperti dicantumkan dalam majalah investor desember 2008 adalah:
1. Dalam kondisi krisis keuangan global ini, ada baiknya mencermati sektor-sektor mana yang bertahan terhadap krisis. Hindari obligasi dari sektor-sektor yang sangat terpengaruh oleh turun naiknya suku bunga
2. Selain kupon yang menarik, perhatikan dan periksa kualitas kredit dar penerbit obligasi. Referensi dari lembaga pemeringkatan bisa dijadikan patokan memilih
3. Dengan kecenderungan nilai tukar rupiah terhadap dolar yang berfluktuasi, sebaiknya berhati-hati jika membeli obligasi dengan denominasi asing. Sebab bila nilai tukar rupiah menguat maka nilai nominal rupiah yang akan diterima pemodal menjadi lebih sedikit, begitu juga sebaliknya.
4. Obligasi terbitan BUMN bisa dijadikan pilihan, apalagi jika BUMN tersebut sedang mengerjakan proyek pemerintah
5. Pelajari perusahaan penerbit obligasi dan lihat kemampuannya membayar hutang
6. Perhatikan dengan seksama klausul yang tertera dalam prospektus. Hal ini untuk menghindari point-point yang dapat merugikan dimasa yang akan datang
7. Untuk saat ini, lebih baik membeli obligasi pemerintah yang berjangka menengah panjang karena konsep durasi akan menyebabkan kenaikan harga yang paling tinggi.

Setelah tahu cara membeli obligasi agar investasi kita menguntungkan, maka kenapa masih takut membeli obligasi?

Selamat berinvestasi di obligasi

Rabu, 25 Maret 2009

REPO ooohhhh REPO

Teringat pelajaran SD, dulu nenek moyang kita bertransaksi dengan barter barang yang dimiliki. Kini semakin canggih suatu bangsa dan peradaban, maka semakin canggih juga cara bertransaksi. Satu diantaranya yang beberapa waktu ini sering terdengar adalah istilah REPO.
Apa sich REPO ini? Orang bertanya-tanya dan berpikir ketika mendengarnya.
REPO merupakan cara bertransaksi yang relatif baru. REPO merupakan kependekan dari repurchase agrrement. REPO merupakan salah satu cara meminjam uang dengan menggunakan jaminan yang bisa diperpanjang jangka waktunya atau sistem roll over seperti halnya memperpanjang deposito.

Jaminan atau barang yang digadaikan merupakan instrumen investasi di pasar modal seperti saham, obligasi, deposito, commercial paper, atau promissory notes. Pihak yang membutuhkan dana disebut penjual repo dan pihak yang membeli disebut investor. Apabila pada jangka waktu yang ditentukan penjual repo tidak bisa membeli kembali reponya, maka instrumen investasi yang dijaminkan bisa menjadi milik investor.

Risiko yang dihadapi investor apabila penjual repo tidak bisa membelli kembali dan risiko likuiditas darei instrumen investasi yang dijaminkan. Sedangkan risiko bagi penjual adalah kemampuannya membeli kembali repo yang telah diterbitkan.

Pada kondisi normal, transaksi ini sangat menguntungkan bagi investor, karena bila nilai jaminan turun (harga saham atau obligasi turun) maka penjual repo akan menambahkan jaminannya yang nilainya selalu lebih besar dari uang yang dipinjam (istilah yang umum adalah top up).

Malang tak dapat ditolak mujur tak dapat diraih.... Apabila USA punya subprime mortgage, Indonesia punya repo, keduanya mempunyai kekuatan yang melumpuhkan, bahkan bisa membunuh nyawa perusahaan yang terjerat, tulis majalah investor maret 2009.

Entah pasar Indonesia yang sulit diprediksi, ataupun pebisnis Indonesia yang "risk apetite"nya suangat tinggi atau investornya banyak yang suka mengambil keputusan secara gegabah, entah saya tidak bisa menjawabnya. Pada saat subprime mortgage membawa korban sejak Agustus 2007, keuangan USA mulai lesu dan menyeret kelesuan di pasar uang dan pasar saham dunia.

Anehnya, Di Indonesia transaksi repo justru mulai marak pada Maret-April 2008, hampir bersamaan dengan reponya saham-saham Bakri group yang mencapai nilai US$ 1,4 milyar dan repo lokal senilai Rp 6 triliun. Repo asing melibatkan investor dari Odickson finance, JP Morgan, dan ICICI Bank Ltd, sedangkan repo lokal melibatkan investor Sarijaya Securities, Recapital Securities, PNM Investment Management, Mandiri Securities, dan Mandiri Securities. Sedangkan transaksi repo Sinarmas dengan jaminan para investor menyerahkan sebanyak 20 jenis saham kepada Sinarmas mencapai nilai Rp 4,7 triliun.

Sinarmas terjerat masalah karena ternyata 20 saham yang dijaminkan oleh para investor sulit dieksekusi, hal ini bisa dipahami karena nilainya menurun dari Rp 4,7 triliun menjadi Rp 2,5 triliun, siapa berani mengeksekusi kalau kondisinya seperti ini.
Bakri menghadapi masalah karena saham yang menjadi jaminan adalah saham PT Bumi Resources Tbk dengan nilai mencapai US$ 1,09 milliar (Rp 10 triliun). Saham Bumi sempat mengalahkan sahan Telkom dari sisi kapitalisasi pasar, anjlok dari posisi tertinggi Rp 8.550 hingga dibawah seribu perak.

Dirut Bursa Efek Indonesia seperti dilansir majalah investor edisi maret 2009, Erry Firmansyah membenarkan bahwa banyak anggota bursa (AB) banyak mengalami masalah likuiditas akibat transaksi repo dan re-repo. Ia pun mengakui bahwa sebagian besar likuiditas tersedot pada saham-saham grup Bakri.

REPO ooooohhhhhh REPO

Apa sich REKSA DANA itu?


Kemunculan produk-produk keuangan termasuk reksadana sering menjadi barometer perkembangann investasi disuatu negara. Reksadana termasuk produk keuangan yang baru muncul pertengahan tahun 1996 di Indonesia. Dengan munculnya reksa dana, maka dunia keuangan dan investasi di negeri ini menjadi lebih bergairah untuk berkembang bahkan mengalami pertumbuhan pesat selama tahun 2006 dan 2007, sebelum akhirnya prahara datang. Belakangan industri reksa dana mulai menurun seiring penurunan pasar uang dan pasar saham. Anjolknya nilai saham yang bertubi-tubi, membuat return reksa dana ikutan anjlok, terutama yang merawasakan efeknya adalah reksadana saham.

Reksa dana (mutual fund) adalah sebuah bentuk investasi yang menggabungkan semua uang investor dalam satu wadah, dimana uang tersebut selanjutnya dikelola oleh sebuah perusahaan investasi (manajer investasi) dengan mengalokasikannya ke dalam satu atau berbagai instrumen investasi.

Bagi investor yang tidak paham bermain dipasar saham maupun pasar uang secara langsung, maka reksa dana merupakan investasi yang tepat, karena dana investor akan dikelola oleh orang yang tepat.

Menurut investasinya,reksa dana dapat digolongkan menjadi 5:
1. Reksa dana pasar uang. Investasi akan ditanamkan pada instrumen pasar uang seperti deposito, Sertifikat Bank Indonesia (SBI), dan obligasi (surat utang) berjangka waktu kurang dari satu tahun. Produk pasar uang memberikan hasil tetap berupa bunga, maka risiko penurunan nilai menjadi kecil.
2. Reksa dana pendapatan tetap. Sebagian besar investasi ditanamkan ke dalam obligasi, sisanya kedalam saham dan instrumen pasar uang.
3. Reksa dana saham. Investasi ditanamkan pada instrumen pasar saham. Saham mempunyai kemungkinan naik turun nilainya selama masa kepemilikan, sehingga risiko reksa dana saham ini menjadi besar.
4. Reksa dana campuran. Investasi ditanamkan di saham 50% dan obligasi 50%. Infovesta Utama yang dimuat dalam majalah investor Maret 2009, Reksa dana campuran ini dibagi , yaitu reksa dana campuran A, bila alokasi saham selama 12 bulan >60%, dan reksa dana campuran B bila alokasi saham 60% <>
5. Reksa dana dengan tujuan khusus (RDTK). Investasi ditanamkan pada produk diluar pasar modal. Bentuknya bisa langsung ke sektor riil atau ke satu perusahaan tertentu. Reksa dana ini hanya diperuntukkan bagi investor sophisticated dan berkantong tebal (ultra high network individual). Dana yang dibutuhkan untuk RDTK minimal Rp 5 milyar, atau US$ 500.000 atau EUR 500.000. RDTK ini tidak ditawarkan secara terbuka kepada investor publik. Salah satu alasan NISP tidak mengeluarkan produk RDTK adalah karena rumitnya pengelolaan ini, meskipun Bahana TCW Investment telah meluncurkan RDTK untuk pelabuhan pada desember 2008 dengan jumlah penawaran Rp 325 milyar dan return minimal 20%.

Investor bisa menjual kembali reksa dana yang dimiliki kepada perusahaan reksa dananya/penerbitnya, jenis ini dinamakan reksa dana terbuka (open-end mutual fund) sedangkan jika investor tidak dapat menjual kembali pada perusahaan penerbitnya maka disebut reksa dana tertutup (closed-end mutual fund), dengan kata lain investor harus mencari sendiri calon pembeli jika ingin menjual reksa dananya lewat bursa.

Dengan beragam jenis reksa dana yang ada, maka sebelum menentukan produk mana yang akan dipilih anda harus mendapat info yang komplit dari penjual/penerbit reksa dana, bacalah prospektusnya dengan cermat.

Berikut 6 tips memilih reksa dana dalam majalah investor maret 2009:
1. Tentukan tujuan investasi dan jangka waktu investasi
2. Kenali risk profile atau kemampuan menerima risiko
3. Hitung kemampuan dana untuk berinvestasi. Berapa besar cicilan investasi yang bisa disisihkan setiap bulan secara berkala, selama jangka waktu investasi
4. Lakukan alokasi aset untuk menyesuaikan profil risiko dengan target return. Pilih manajer investasi yang memiliki reputasi dan track record yang baik. Pilih produk sesuai dengan point 1-3
5. Lakukan rebalancing portofolio minimal setahun sekali. Melalui rebalancing portofolio, investor bisa mengoptimalkan keuntungan dan meminimalisasi risiko
6. Disiplin dalam berinvestasi. Apabila investor sudah menargetkan menyisihkan sejumlah dana tertentu setiap bulan, lakukan secara berkala, jangan berhenti. Jadikan cicilan investasi sebagai prioritas

Selamat berinvestasi di reksa dana

Selasa, 17 Maret 2009

Mengendalikan LAPAR MATA

"Dah siap belum?" Tanya tetangga sebelah pada temanku
"Beress, ayuk kita berangkat". Jawab temanku
3 jam kemudian mereka pulang dengan menenteng tas di kiri dan kanan
"Apa yang kau beli?" Tanya saya pada mereka
"Ini aku beli blouse, cantik khan?" Jawab temanku.
Tetanggaku tak mau kalah, dia tunjukkan beberapa baju dan sepasang sepatu high heel yang cantik.
Kutanya apa mereka sudah menginginkan barang itu sebelumnya.
Baik tetanggaku maupun temanku menjawab, tidak. Mereka tidak berniat belanja saat memutuskan untuk keluar sore itu. Mereka hanya ingin jalan-jalan, tapi saat melihat barang-barang itu, tak kuasa mereka untuk menahan diri untuk tidak membeli.

Nach, situasi/keadaan semacam inilah yang dinamakan belanja karena LAPAR MATA. Lapar mata tidak harus hanya pada barang-barang berupa pakaian, tetapi bisa juga barang konsumtif lainnya seperti perhiasan, makanan, asesoris, elektronik, dan lain-lain. Menurut azzam islamica dan artikel di cafepojok.com, lapar mata itu sesungguhnya berakar dari emosi kosong, saat Anda merasa depresi, kurang bersemangat, atau kesepian. Emosi seperti ini muncul ketika Anda bosan, terluka, kecewa, kurang mendapat perhatian atau penghargaan yang diharapkan.

Siapa yang belum pernah mengalaminya? Hahaha.......tidak mau mengakui ya? Ya, hampir semua wanita pernah mengalami keadaan seperti ini, bahkan mungkin sampai dengan saat ini masih punya kesulitan untuk mengendalikan ”penyakit” lapar mata ini.

Apa mungkin sich, penyakit lapar mata ini dikendalikan atau bahkan dihilangkan sama sekali? BISA DIKENDALIKAN dan MUNGKIN UNTUK DIHILANGKAN.
Bagaimana caranya?

Saya akan berbagi pengalaman mengendalikan penyakit lapar mata untuk belanja ini, karena kalau lapar mata untuk makan, tentu akan berbeda cara mengendalikannya.
Ada beberapa cara yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah ini, yaitu:
• Buat standard kebutuhan diri baik dalam belanja bulanan maupun tahunan. Standard ini tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan pangan, tetapi yang paling utama, untuk kaum wanita adalah busana dan asesoriesnya, sedang untuk pria adalah barang-barang otomotif dan elektronik.
• Buat batasan dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Anda harus membuat batasan yang bisa ditolerir untuk memenuhi kebutuhan tersebut, jika anda menyesal setelah membeli, maka anda sudah melewati batas toleransi yang anda buat.
• Kurangi kebiasaan windows shopping (jalan-jalan ke pusat perbelanjaan). Kebanyakan penyebab kita tidak bisa mengendalikan penyakit lapar mata, karena kita terlalu sering melakukan windows shopping
• Kendalikan diri saat windows shopping. Kuatkan niat diri, bahwa anda hanya sekedar ingin windows shopping bukan untuk membeli barang.
• Bawa uang secukupnya untuk kebutuhan bayar parkir, transport atau makan minum.
• Tinggalkan kartu debet dan kartu kredit saat anda windows shopping
• Bila tertarik pada barang saat windows shopping jangan langsung membeli, tapi pulang dan pikirkan lagi dalam satu minggu akan untung ruginya membeli barang tersebut
• Bila satu minggu kemudian, masih kuat keinginan untuk membeli, carilah barang tersebut di tempat lain yang harganya lebih murah
• Batasi kepemilikan kartu kredit, memiliki kartu kredit lebih dari satu, membuat anda lebih mudah memutuskan untuk belanja. Ingat belanja dengan menggunakan kartu kredit bukan berarti lebih hemat, anda hanya diperkenankan membayar tidak pada saat melakukan transaksi, tetapi pada saat anda menerima tagihan.
• Kurangi pemakaian kartu kredit. Keseringan melakukan pembayaran dengan kartu kredit akan menggoda anda untuk menggeseknya saat berbelanja, karena anda tidak merasa mengeluarkan uang pada saat berbelanja tersebut.
• Mulailah belanja di pasar/pusat grosir. Barang yang sama anda temukan di mall/pusat perbelanjaaan, sering bisa anda dapatkan di pusat grosir dengan harga lebih miring. Dipusat grosir juga anda akan menemukan banyak pilihan dengan harga yang tentu saja lebih menghemat anggaran belanja anda.
• Kurangi menonton iklan barang konsumsi baik di media cetak maupun elektronik. Kebiasaan melihat iklan, akan membuat anda tertarik untuk memiliki barang yang diiklankan, dan apabila anda tertarik lalu membeli, memang itulah tujuannya produsen tersebut memasang iklan.

Semoga anda sukses mengendalikan lapar mata anda.

Senin, 16 Maret 2009

Belanjalah seolah gajimu sebesar uang pensiunmu

Suatu siang bulan Januari diruang kerja, saya kedatangan tamu dari luar kota. Berikut salah satu petikan pembicaraan menarik kami waktu itu.

”Untuk persiapan pensiun tahun depan, belanja istriku mulai aku kurangi”. Kata amu saya yang akan pensiun awal tahun 2010.
”Bagaimana menjadwalnya?” Tanya saya
”Karena saya akan menerima uang pensiun sebesar Rp1.500.000 per bulan, maka mulai Januari, istri saya beri uang Rp 6.000.000,00. mulai bulan Juli berkurang satu juta menjadi menjadi Rp 5.000.000,00, mulai Oktober saya kurangi lagi menjadi sebesar Rp 3.000.000,00 dan per Januari menerima uang pensiun sebesar Rp 1.500.000,00”
”Bagaimana istri bapak bisa mengubah belanja dari Rp 30.000.000,00 per bulan menjadi Rp 6.000.000,00. Apa tidak terlalu drastis?” tanya saya
”Apa boleh buat, itu harus diterima, karena saya tidak ingin istri saya kaget saat pensiun tiba, jadi harus saya siapkan dari sekarang. Meskipun ini terlambat, tapi lebih baik terlambat dari pada tidak sama sekali”
”Betul bapak”

Sungguh bijak keputusan bapak tersebut dalam mempersiapkan uang belanja istri menghadapi saat pensiun tiba. Tapi bagaimana bisa dijalankan ya? Mendadak sontak uang belanja di potong tinggal seperlima (20%)? Aduch peningnya....

Benar tindakan bapak tersebut, karena mau tidak mau memang uang pensiun yang diterima jauh dari jumlah yang diterima saat masih aktif, sehingga sangat bijaksana kalau mulai membiasakan diri membelanjakan uang bulanan sebesar penerimaan pensiun.

Nach, berikut beberapa langkah yang bisa dilakukan agar bisa mengatur pengeluaran sesuai uang pensiun:
• Memahami bahwa uang pensiun tidak akan bertambah selama masa pensiun, sehingga pengeluaran juga harus dibuat seminimal mungkin meningkat secara total, walau mungkin secara parsial bisa meningkat, tetapi harus diimbangi dengan penurunan pengeluaran disisi yang lain.
• Menentukan kebutuhan dasar yang harus dibayarkan selama satu bulan. Hal ini bisa berupa belanja bahan pangan dan belanja keperluan pribadi yang lain.
• Hitunglah kebutuhan biaya listrik, air dan telepon yang paling efisien.
• Hitunglah biaya tranpsortasi (setelah menentukan apakah masih akan menggunakan mobil/kendaraan yang sama atau diganti dengan yang lebih irit bahan bakar)
• Hitunglah biaya kesehatan, hal ini tidak berarti biaya yang dikeluarkan karena kita sakit, tetapi juga biaya untuk membeli vitamin ataupun suplemen agar tetap sehat
• Tentukan apakah kita perlu ikut dalam asuransi jiwa.

Lha terus dikemanakan kelebihan uangnya dibelanjakan selama satu tahun menjelang pensiun? Sebaiknya kelebihan uang ini tidak dibelanjakan, tetapi diinvestasikan, sehingga uangnya tidak habis, tapi bisa menambah penghasilan sampai saat pensiun nanti tiba.

Coba kita hitung bersama, kalau pendapatan Rp 30.000.000,00 dibelanjakan hanya Rp 6.000.000,00 berati ada sisa Rp 24.000.000,00. Katakan dideposito dengan bunga 12% per tahun berati mendapat bunga Rp 240.000,00 dipotong pajak 20% (Rp48.000,00), sehingga uang yang diterima bersih sebesar Rp 192.000,00.
Bulan Februari deposito bertambah sebesar Rp. 24.000.000,00, berarti ada tambahan bunga yang didapat sebesar Rp 192.000,00. Dan akan terus bertambah bertambah dalam jumlah yang sama sampai dengan bulan Juni.
Mulai bulan Juli sampai dengan September, uang deposito meningkat menjadi sebesar Rp 25.000.000,00 (Rp30.000.000,00 – Rp 5.000.000,00). Dengan asumsi bunga 12% maka bunga deposito sebesar Rp250.000,00 dipotong pajak 20% (Rp50.000,00) sehingga bunga bersih diterima sebesar Rp200.000,00
Sedangkan bulan oktober sampai dengan desember jumlah deposito berubah menjadi Rp 27.000.000,00 per bulan (Rp30.000.000,00 – Rp 3.000.000,00). Bunga depositonya menjadi Rp270.000,00 dikurangi pajak 20% (Rp54.000,00) maka bunga bersihnya sebesar Rp216.000,00

Jadi mulai bulan Januari yang diterima tidak murni Rp 1.500.000,00 saja dari uang pensiun, tetapi bertambah dengan bunga deposito sebesar Rp1.368.000,00 (akumulasi bunga deposito sejak bunga deposito pertama). Gunakan kelebihan dari penghasilan deposito ini bukan untuk kebutuhan pangan atau belanja pribadi, tetapi untuk rekreasi. Entah untuk mengunjungi saudara yang selama ini tidak pernah dikunjungi karena kesibukan bekerja atau untuk mengunjungi anak cucu yang sudah tidak tinggal serumah dengan anda lagi. Kecuali anda tetap tidak bisa hidup dengan uang pensiunan sebesar Rp1.500.000,00 per bulan, maka anda harus menetapkan biaya hidup minimal yang mungkin anda bisa kelola, misalkan sebesar Rp 3.000.000,00, maka gunakan kelebihan untuk ditabung kembali.

Selamat hidup hemat untuk kehidupan lebih baik dimasa pensiun.



Cara Cerdas Membelanjakan SANTUNAN HARI TUA (SHT)

Ada kisah seorang pensiunan mendapat uang santunan hari tua sebesar Rp 3.000.000.000,00 ( tiga milyar) dari perusahaan saat memasuki masa pensiun. Dua tahun kemudian orang tersebut sudah tidak mempunyai uang tersisa dan hidupnya berpindah dari satu anak ke anak yang lain.
Sungguh ironis.

Tapi itu bisa terjadi pada siapa saja, yang tidak siap dengan uang banyak ditangan secara tiba-tiba. Sangat berbeda dengan orang yang mempunyai uang banyak setelah bekarja keras selama puluhan tahun. Maka ada pameo yang mengatakan sesuatu yang gampang didapat akan gampang hilang/keluar. Sesuatu yang sulit didapat akan sulit pula kita lepaskan.

Kenapa bisa begitu ya?
Biasanya orang yang tiba-tiba punya uang banyak, akan bingung untuk mengelolanya. Yang paling awal muncul adalah membelanjakan untuk sesuatu barang yang selama ini tidak bisa diperoleh/dimiliki entah itu berbentuk makanan, pakaian, perhiasan, mobil, rumah ataupun barang-barang impian lainnya.
Dan kebanyakan barang yang diinginkan itu bukanlah barang produktif yang bisa menghasilkan uang atau income, tetapi barang konsumtif yang harganyapun akan menurun seiring dengan berlalunya waktu.

Yang kedua muncul adalah bisa jadi sebuah langkah yang benar, memulai usaha, dengan harapan uangnya akan bisa mendatangkan penghasilan dimasa mendatang. Namun kesalahan yang mungkin atau biasa terjadi adalah saat memulai usaha tergesa-gesa dan kurang perhitungan. Sehingga begitu ada ide atau tawaran teman langsung berpikir bahwa itu bisnis yang tepat, tanpa banyak pertimbangan langsung terjun ke bisnis tersebut.

Saya teringat tulisan Dahlan Iskan Bosnya Jawa Pos grup, dalam bukunya "Gant8i Hati", beliau bilang bahwa untuk bisa sesukses dan sekaya sekarang, bukan diperoleh dalam sekejap. Sambungnya, bahwa ilmu dagang itu dia pelajari sejak masih kanak-kanak dari orang tuanya. Dan dalam menjalankan usahanyapun dia juga mengalami jatuh bangun berulang kali.

Kesalahan berikutnya adalah tidak berpikir atau mungkin berpikir tapi sedikit kadarnya, bahwa uang yang diterima itu harus bisa menghidupi sampai ajal menjemput. Alih-alih berpikir untuk mengelola sampai saat mati tiba, lha wong mikir dan milih barang-barang impian yang ingin dan akan dibeli saja sudah menghabiskan waktu dan tenaga, jadi mana sempat mikir yang jauh itu.

Nach, agar kesalahan-kesalahan itu tidak terjadi, maka lakukan:
• Pilih dan tetapkan kehidupan yang ingin dinikmati selama 50 tahun kedepan (siapa tahu masih bisa menghirup udara sampai umur 105 tahun khan?). Atau terserah berapapun tahun yang anda ingin tetapkan.
• Kalkulasi kebutuhan/biaya hidup per bulan sampai dengan, katakan 50 tahun kedepan
• Kalkulasi pendapatan dari pesangon selama 50 tahun kedepan
• Kelola pengeluaran dengan bijak
• Tempatkan uang untuk investasi secara bijak
• Bila ingin memulai usaha, pilih yang anda ”cintai” dan lakukan survey kecil-kecilan untuk menghitung untung ruginya usaha/bisnis tersebut
• Tidak perlu tergesa-gesa membelanjakan uang untuk membangun usaha, sementara belum bisa dijadikan modal usaha, uang bisa di investasikan ke deposito atau reksa dana yang aman

Semoga tips pendek ini bermanfaat.
Wealthy is our choice

Jumat, 13 Maret 2009

Manajemen risiko (tulisan 4)


Suatu pagi di kelas, dalam acara presentasi makalah individu sebagai tindak lanjut mengikuti kursus. Seorang peserta bertanya pada peserta lain yang sedang menyajikan makalahnya tentang manajemen risiko.
"Apa standard perhitungan yang digunakan untuk menghitung risiko?"
"Ada banyak metode yang bisa digunakan, kami menggunakan statistik seperti analisa regresi, dan lain-lain"
Si penanya tidak puas dan terus mengejar dengan pertanyaan yang lain, sampai lelah sendiri.

Yach...dengan mulai ngetrendnya penerapan manajemen risiko di perusahaan-perusahaan, masih banyak hal-hal yang perlu dipahami bersama. Tulisan ini mencoba memberikan sedikit ulasan tentang 4 standard internasional yang digunakan dalam manajemen risiko.

1. Basel II. Standard ini muncul di Eropa dengan diawali Basel I tahun 1988. Basel I berprinsip bahwa modal bank tidak sama dengan risiko bank. Basel I juga hanya memperhitungkan credit risk dan berkembang dengan tambahan market risk amendment tahun 1996. Baru pada tahun 2004 muncul Basel II, yang menganggap bahwa modal bank sama dengan risiko bank. Risiko bank tidak hanya mencakup credit risk dan market risk, tetapi juga operation risk, yang biasa disebut dengan pendekatan berbasis model, sedangkan other risk dikenal dengan pendekatan tidak berbasis model. Other risk mencakup risiko bisnis, risiko strategis dan risiko reputasi. Basel II mulai diterapkan di Eropa tahun 2006/2007, sedangkan di Indonesia dicanangkan akan diterapkan pada tahun 2010.

2. AS/NZS 4360:2004.
Standard ini muncul dan berkembang di pasifik (Australia dan New Zeland). Standard ini memperhitungkan strategic risk, financial risk, operational risk dan hazard risk. Risiko strategik mencakup risiko legal, reputasi, peraturan dan perubahan bisnis. Risiko keuangan mencakup risiko harga, bunga, kredit, likuiditas, profitabilitas, solvabilitas dan risiko akuntansi. Risiko operasional mencakup risiko SDM, proses bisnis, organisasi, teknologi dan Teknologi Informasi (TI). Sedangkan hazard risk mencakup risiko kerusakan aset produktif, kematian dan kecelakaan kerja, dan risiko ancaman kelangsungan usaha. Framework penerapannya meliputi: mempelajari lingkungan pendukung, melakukan identifikasi risiko, analisis risiko, penyatuan dan sinkronisasi besaran risiko, membuat prioritas risiko terpenting, mengendalikan risiko, melakukan pengawasan dan review risiko.

3. ISO 31000. Standard ini diterapkan di semua jenis organisasi, semua jenis risiko tanpa perkecualian dan disemua negara. ISO 31000 direncanakan di terapkan paling lambat akhir 2008, meski sampai saat ini penulis belum mendengar kabarnya. Isi ISO 31000 mencakup definisi, prinsip-prinsip, kerangka kerja manajemen risiko, proses manajemen risiko dan attrubutes of excellence in risk management (annex A). Proses manajemen risiko dalam ISO 31000 sama dengan proses manajemen risiko di AS/NZS 4360:2004, begitu pula mengenai definisi dan diagram manajemen risiko. Implementasi manajemen risiko diperluas, secara langsung berhubungan dengan strategi operasional dan manajemen operasional. Prinsip-prinsip manajemen risiko disajikan secara eksplisit dan jelas.

3. COSO. COSO merupakan organisasi profesional yang didirikan tahun 1985 dengan visi menjadi pelopor bagi organisasi sipil dalam rangka memperbaiki kualitas sistem pelaporan keuangan. Kerangka kerja enterprise risk management (ERM) dipublikasikan pada tahun 2003. Kerangka kerja ini mencakup: monitoring, information & communication, control activities, risk assessment dan control environment. Tujuan perusahaan/bisnis dilihat dalam 4 konteks yaitu: stratejik, operasional, pelaporan dan ketaatan, sedangkan level aktivitas mencakup level perusahaan, divisi/bagian, dan unit bisnis. Faktor kunci implementasi meliputi: desain organisasi bisnis, pemantapan organisasi ERM, kinerja risk assessment, penentuan keseluruhan risk appetite, indentifikasi risk responses, komunikasi risk results, monitoring, dan review oleh manajemen.

Apapun strandard yang digunakan semuanya menggunakan dasar perhitungan yang membutuhkan ilmu matematika maupun statistik. Sehingga benar apa yang dijawab oleh penyaji makalah dalam pembuka tulisan ini, meski tidak menjawab pertanyaan si penanya. Semoga tulisan ini mampu menambah wawasan mengenai standard-standard yang dipakai dalam manajemen risiko.

Senin, 02 Maret 2009

Wealth Management (tulisan 3)

Pernahkah mengamati fenomena bermunculannya kaum muda kaya? Pernahkan juga mengamati, berapa orang dari mereka yang mengelola kekayaannya sejak awal? Atau berapa orang yang membelanjakan uangnya untuk hal-hal konsumtif? Atau mungkin mereka bingung tidak tahu dimana harus mencari pengelola kekayaan mereka?

Siapa penyedia jasa wealth management?
Jasa wealth management ditawarkan oleh bank umum, asset management, investment banking, private banking, brokerage, asuransi, independent financial advisor bahkan kantor akuntan. Meskipun yang paling umum adalah dari perbankan.

Setiap bank mempunyai nama dan jenis layanan yang berbeda, misal ABN Amro Indonesia memberi nama layanan untuk kaum berduit dengan Van Gogh Preffered Banking dengan saldo simpanan minimal sebesar Rp. 500 juta sedangkan Bank Syariah Mandiri memberi nama BSM Priority dengan saldo simpanan minimal sebesar Rp. 250 juta.Dengan keberagaman aturan yang ada, konsumen sangat diuntungkan dengan adanya banyak pilihan ini, sehingga perlu pandai-pandai memilih fasilitas layanan yang terkait dengan produk/jasa yang mereka tawarkan

Bagaimana masa depan wealth management?
Menurut Herry S Dent - ekonom demografi jebolan Harvard Business School yang mengawali karir sebagai konsultan manajemen - dalam buku terbarunya “The Next Great bubble Boom”, how profit the greatest boom in history 2006-2010 menggambarkan secara eksplisit masa depan wealth management.

Dunia akan menikmati bubble terbesar sepanjang sejarah, sebagian besar dipicu oleh ledakan konsumsi yang dilakukan oleh baby boomer, mereka yang lahir dalam kurun waktu 1946-1964 yang jumlahnya mencapai 100 juta orang. Mereka kebanyakan telah mencapai fase kebebasan keuangan (financial freedom), sehingga bebas untuk melakukan aktivitas konsumsi dan investasi yang mereka inginkan dan sangat fleksibel untuk diwujudkan, kondisi ini mengalami puncaknya sampai dengan tahun 2010.

Dengan pertumbuhan wealth management mencapai 16,8% (menurut data yang dilansir Capgemini Lorenz Corve Analisis) belum lagi pasar bancassurance naik 110% dari tahun lalu, yang menurut analisis tabloid kontan, hal ini berarti pasar wealth management masih besar dan nasabah masih banyak. Terlebih nasabah sekarang semakin sadar untuk berinvestasi baik yang berisiko kecil seperti dalam Surat Utang Negara (SUN) dan deposito maupun yang berisiko besar dalam valas dan saham pada saat krisis keuangan global sekarang ini.

Nach….karena manajer senior perkebunan masuk kriteria profesi yang berduit, kenapa tidak mencoba praktek ilmu ini, dan yang jelas, pasti semua orang tidak ingin menjalani masa pensiun dengan “mengenaskan” alias hidup dengan uang pensiun pas-pasan, kesehatan menurun, harta yang tertinggal tidak cukup untuk menjalani kehidupan sebagaimana saat masih aktif?

SO, apa lagi yang ditunggu?



Manajemen Risiko (tulisan 3)


Setiap kegiatan dalam perusahaan atau biasa dikenal sebagai Internal Business Process mengandung risiko, baik yang sifatnya operasional maupun yang bersifat strategis dengan dampak yang sanagt luas. Sehingga dalam menentukan mitigasi yang akan diambil, kita harus mampu menentukan apakah yang kita hadapi merupakan risiko operasional ataukah risiko bisnis yang mampu menghentikan proses operasi perusahaan.

Secara sederhana pekerjaan dalam manajemen risiko meliputi: Identifikasi risiko,Pengukuran risiko, dan Penanganan risiko.

Identifikasi Risiko.
Pekerjaan identifikasi adalah pekerjaan awal manajemen risiko yang paling mudah dilaksanakan, tetapi bila petugas/pelaksana identifikasi tidak punya kompetensi/kemampuan yang memadai, akan menghasilkan identifikasi risiko yang salah dan berakibat pada mitigasi yang salah pula. Pekerjaan awal ini akan menghasilkan output daftar risiko.

Bagaimana melakukan identifikasi risiko? Pekerjaan ini dimulai dengan melakukan analisis pihak berkepentingan (stakeholder), yang meliputi pemegang saham, kreditur, pemasok, karyawan, pemain lain dalam industri yang sama, pemerintah, manajemen itu sendiri, masyarakat dan pihak lain yang terpengaruh oleh adanya perusahaan.
Langkah berikutnya adalah analsis internal, yang dapat dilakukan dengan menggunakan 7S dari McKenzie, meliputi shared value, strategy, structure, staff, skill, system dan style.

Metode yang biasa digunakan dalam identifikasi risiko adalah analisis data historis, pengamatan&survei, benchmarking, dan pendapat ahli. Namun metode ini bisa juga didukung dengan tehnik lain yang dipandang perlu, misalnya analisis kontrak saat kita hendak melakukan transaksi dengan pihak ketiga. Analisis kontrak bertujuan untuk melihat risiko yang muncul karena kontrak tertentu. Risiko ini lebih berkait dengan risiko hukum. Spesifikasi kontrak yang tidak menyeluruh bisa menimbulkan celah-celah yang bisa dimanfaatkan oleh pihak yang tidak bertanggungjawab. Salah satu yang bisa dilakukan adalah dengan meminta bagian hukum atau bagian kepatuhan ataupun lawyer perusahaan untuk memeriksa poin-poin dalam kontrak untuk menganalisis konsekuensi hukum jika kontrak dituliskan dengan redaksi tertentu.

Bagaimana mengukur Risiko?
Setelah risiko teridentifikasi, proses berikutnya adalah mengukur risiko. Jika risiko telah diukur, kita bisa melihat besar kecilnya risiko, sekaligus dampak bagi perusahaan dan melakukan prioritisasi risiko (risiko mana yang paling relevan). Pengukuran/perhitungan risiko dapat dilakukan dengan beberapa cara yang bisa dipilih, tergantung pada kemudahan dan kecocokan. Proses pengukuran risiko ini akan menghasilkan output berupa peta risiko.

Pengukuran risiko selalu mengacu pada ukuran kualitas dan kuantitas risiko, yaitu frekuensi, tingkat kemungkinan, likelihood atau seberapa sering terjadi dan dampak, impact, severity atau besarnya kerugian. Disamping kedua acuan tersebut, ada juga yang memasukkan unsur kecenderungan/trend dalam mengukur risiko.

Pengukuran risiko akan sangat tergantung pada jenis risiko atau karakteristik risiko tersebut, misal risiko pasar dengan risiko kredit akan menghasilkan teknik kuantifikasi yang berbeda dan dengan demikian pengukurannya juga berbeda. Risiko pasar diukur dengan VAR (value at risk) dan stress-testing, sedangkan risiko kredit diukur dengan credit rating dan creditmetrics. Begitupun risiko operasional akan diukur dengan teknik berbeda lagi misalnya menggunakan matrik frekuensi & signifikansi kerugian dan VAR operasional.

Bagaimana cara penanganan risiko?
Proses berikutnya setelah risiko berhasil diidentifikasi dan diukur adalah mengelola risiko. Jika perusahaan gagal mengelola risiko, maka dampak yang diterima akan cukup serius, misalnya kerugian yang cukup besar, demo mogok dari karyawan, demotivasi karyawan. Output dari proses penanganan risiko adalah rekomendasi pengelolaan risiko.

Pengelolaan risiko secara klasik bisa dilakukan dengan 4 cara yaitu penghindaran risiko (risk avoidance), pengurangan risiko yang bisa dilakukan dengan metode pencegahan, diversifikasi atau lindung nilai alamiah (natural hedging), pemindahan risiko (risk transfer) dan penahanan risiko (risk retention). Kegiatan lain yang erat kaitannya dengan manajemen risiko adalah pengendalian risiko (risk control) dan pendanaan risiko (risk financing).


Mungkinkah perusahaan perkebunan mengelola risiko?
United Grain Growers (UGG)
, perusahaan yang bergerak dibidang pertanian di Kanada, bisa mengasuransikan eksposur yang sebelumnya belum pernah diasuransikan, yaitu risiko cuaca. Risiko cuaca dintegrasikan dengan risiko lain dan kemudian diasuransikan. Praktek manajemen risiko UGG yang cukup inovatif mendatangkan penghargaan praktek manajemen terbaik dari beberapa lembaga yang berkompeten di bidang manajemen risiko.

Mengingat bisnis perkebunan juga dipengaruhi alam dan makin beragamnya risiko yang dihadapi perusahaan perkebunan termasuk PTPN dalam menjalankan bisnisnya, maka pengelolaan risiko adalah suatu keharusan (is a must).

Pengelolaan ini bisa dimulai dengan 3 langkah dasar sederhana sebagaimana dibahas diawal tulisan ini. Semisal kita berandai-andai, PTPN hendak menerapkan manajemen ditahun 2008 ini, PTPN sudah memiliki beberapa modal yang bisa dijadikan pijakan dalam bergerak.

Modal yang telah dimiliki dan juga yang harus ada di PTPN untuk melaksanakan manajemen risiko adalah:
-Kinerja terkahir (2008), hal ini telah disajikan dalam laporan manajemen dan telah disahkan kinerjanya oleh pemegang saham dalam RUPS yang baru saja lewat.
-Organisasi manajemen risiko, baik yang masih berada dibawah bidang/biro yang sudah ada maupun membentuk bidang manajemen risiko.
-Adanya “guru” dalam manajemen risiko, beberapa PTPN yang departemen keuangannya dikomandani oleh jendral dari perbankan, secara otomatis memiliki ”guru” dalam menerapkan konsep dasar manajemen risiko.
-Keyakinan terhadap manajemen risiko mulai muncul pada beberapa jajaran manajemen PTPN.
-Data dan informasi terinegrasi (dalam IT warehouse), beberapa PTPN telah investasi dengan nilai yang sangat besar untuk membangun fasilitas ini. Pemanfaatan fasilitas ini bisa dimulai dengan menjadikan data historis tentang curah hujan, produksi, produktivitas, harga, hutang, modal sebagai data base pengelolaan risiko operasional.
-Pandangan: “risiko milik semua”, pelan tapi pasti pandangan ini mulai mengkristal dalam setiap pengambilan keputusan bisnis PTPN.
-Model yang menghubungkan risiko dalam tataran tehnis dengan kinerja perusahaan, perlu dituangkan dalam bentuk tulisan agar dipahami semua jajaran perusahaan
-Dibuatnya corporate risk tolerance secara top down oleh BOD dengan persetujuan BOC.
-Dibuatnya peta risiko (risk map) yang dijadikan tolok ukur kinerja berbasis risiko oleh pihak intern PTPN maupun dengan bantuan konsultan.


Hal penting harus selalu diingat bahwa risiko bersifat dinamis (change management concept), sehingga siklus manajemen risiko harus selalu diikuti dan dijalankan dengan konsisten. Dengan telah dimilikinya modal dalam menerapkan manajemen risiko, dan tahu langkah/tahapan/proses yang perlu dilakukan dalam menerapkan manajemen risiko, maka kejadian menyalahkan sang Khalik atas ketidakmampuan dalam mengantisipasi dan menangani risiko operasional seperti ilustrasi cerita diawal tulisan ini tidak terjadi lagi.

Banyak pakar produksi dan tehnologi di negeri ini yang siap berkiprah dalam mencari solusi inovatif, tak mau kalah dengan para tenaga ahli Jepang yang mampu mengubah badai menjadi energi listrik, atau tanah/padang pasir di jazirah Arab yang gersang dan tandus dengan risiko kegagalan yang sangat tinggi akhirnya bisa menghijau dan menghasilkan produk pertanian berupa buah-buahan secara berlimpah, walaupun tidak seberlimpah buah-buahan dinegeri kita tercinta ini. Walahu alam bis shawab.