Selasa, 25 Mei 2010

Tiga hal menurut SMI


Hari-hariku lagi dipenuhi dengan sosok SMI dan AA (Sri Mulyani Indrawati dan Anggito Abimanyu) duet ekonom terbaik Indonesia saat ini, yang sayangnya harus menyingkir karena tak mampu bermain politik karena yang mereka miliki benar-benar hanya kemampuan profesional tidak ada bau-bau politik yang belakangan tahun menjadi aroma dihampir setiap kejadian.

Aku terkesan ungkapan SMI acara Ramah Tamah Keluarga Besar Kementerian PPN/Bappenas dengan Sri Mulyani Indrawati, di kantor Bappenas, Jakarta, Selasa (25/5/2010).

Pada kesempatan itu, Sri Mulyani menyampaikan terdapat tiga hal yang membuat hidup manusia tidak membosankan. Ketiga hal itu adalah masalah di masa lalu, tekanan yang begitu besar, dan harapan yang luar biasa untuk masa depan.

"Kadang-kadang kita frustasi dalam artian memiliki masalah masa lalu yang begitu banyak, ada tekanan yang begitu besar, namun ada harapan yang luar biasa ke depan. Ketiga hal itu adalah tantangan yang harus dijawab. Ketiga hal inilah yang membuat membuat hidup manusia tidak membosankan. Saya yakin kecintaan ke negeri kita ini begitu besar dan kecintaan itu yang mempertahankan kita untuk bekerja lebih baik," ujarnya.

Saat acara perpisahan Sri Mulyani dengan para warga Bappenas, Mantan Kepala Bappenas ini menyatakan orang-orang Indonesia bisa sangat dengan mudah tertawa sampai keringatan. Begitu halnya yang sering ia lakukan bersama teman-temannya di Bappenas dulu.

Namun, Sri Mulyani tidak yakin ke depannya bisa 'Ngguyu Sampe Gembrobyos' (Tertawa Sampai Keringatan) di Bank Dunia seperti yang sering dialaminya saat bekerja di Bappenas.

"Tadi Pak Bagus mengatakan ngguyu sampai gembrobyos (ketawa sampai keringatan), saya rasa saya akan banyak ketawa dan saya memang harus ketawa terus. Tapi kalau gembrobyos tadi saya tidak tahu. Kalau orang Indonesia gembrobyos bisa dilakukan tanpa exercise, makan pun gembrobyos. Jadi gampang kalau di Indonesia. Saya tidak tahu kalau di Bank Dunia apakah bisa gembrobyos atau tidak," ujarnya disambut tawa hadirin.

Airmata duet ekonom Indonesia


Saya terkesan ucapan Sri Mulyani (SMI) dalam acara perpisahan dengan pegawainya di kementrian keuangan "sekarang saya bisa nangis karena saya bukan menteri keuangan, karena kalau menteri keuangan menangis, rupiah bisa melorot" Tentang airmata juga disampaikan oleh Anggito terkait pekerjaannya sebagai kepala BKF, katanya "sudah habis air mata saya"

Keduanya lengser dari kancah perekonomian Indonesia, dunia ekonomi yang sangat dipahami dan dicintai, tetapi "orang-orang pinter" negeri ini berkata dan menginginkan yang lain.

Anggito mengaku masih banyak agenda BKF yang belum diselesaikan. Namun, apa mau dikata, ia harus tetap pergi untuk mengabdi ke kampusnya.

"BKF saya yang lahirkan, masih banyak unfinished agenda,itu yang membuat saya gamang meninggalkan, karena bertugas tapi belum selesai. But I have to go," tegasnya.

Anggito merasa yakin teman-temannya pasti akan mampu menyelesaikan agenda yang belum selesai tersebut.

"Teman-teman saya yang akan menyelesaikan," jelasnya.

Pada kesempatan itu, Anggito menyatakan sudah saatnya untuk saling memaafkan dan merelakan atas keputusannya itu.

"Pembicaraan terakhir dengan Pak Agus, beliau ikhlas dan memahami alasanya tujuan, silahkan di charge batere dulu. Saya akan bantu dari luar. Forget and forgive. Itu sudah jalan, kalau ada kesalahan ya mohon dimaafkan," tuturnya.

Anggito Abimanyu secara resmi akan mundur dari BKF per 24 Mei, setelah nasibnya sebagai Wakil Menteri Keuangan diombang-ambingkan selama 6 bulan.

Anggito Abimanyu sebelumnya mengungkapkan kekecewaannya kepada lingkungan istana karena tidak ada konfirmasi dan pemberitahuan kepada dirinya soal pembatalan dirinya menjadi Wakil Menteri Keuangan. Padahal Anggito sudah menandatangani pakta integritas dan kontrak kinerja soal penunjukkannya sebagai Wakil Menteri Keuangan.

Presiden SBY akhirnya menunjuk Wakil Menkeu Anny Ratnawati untuk mendampingi Agus Marto sebagai Menkeu.

Duet terbaik mundur dari kancah keuangan negeri


Sri Mulyani yang beberapa kali terpilih sebagai menteri keuangan terbaik tingkat Asia dan dunia akhirnya mundur dari jabatan menkeu untuk melanjutkan kiprahnya dibidang keuangan keahliannya pada tingkat dunia menjadi managing director world bank...wooouuuuwww.....selamat ibu, doa'ku menyertaimu. Tanpa disangka kepergian SMI (inisial yang dipakai untuk menyebut Sr Mulyani) ternyata diikuti pasangan duetnya yang tak kalah mumpuni dibidang kebijakan fiskal, dialah Anggito Abimanyu.

Pengunduran diri dua jago keuangan di negeri ini sangat menyedihkan, tetapi melihat bahwa keduanya menjadi bulan-bulanan beberapa bulan terakhir, keputusan SMI menjadi direktur pelaksana bank dunia dan Anggito Abimanyu kembali ke almamater UGM adalah keputusan terbaik. Semoga para petinggi negeri ini mampu mencari pengganti sebaik mereka berdua bahkan kalau ada yang lebih baik dari duet ini.

Kementrian keuangan dan badan kebijakan fiskal adalah dua institusi yang harus saling mengisi sehingga kompetensi pejabatnyapun harus mumpuni dan saling melengkapi, sehingga pengganti Anggito haruslah mampu menjadi sparring partner menkeu, sebagaimana yang diungkapkan Anggito dalam perpisahannya.

Mantan Kepala Badan Kebijakan Fiskal Anggito Abimanyu berharap penggantinya memiliki kemampuan yang mumpuni sehingga mampu mendukung kinerja Menteri Keuangan. Kepala BKF selama ini adalah rohnya menteri keuangan.

"Cari The Best Resources yang ada karena BKF ini harus men-support menteri, otaknya, karena dia ikut ke DPR, Junior Minister. Makro, APBN, sektor riil, risiko, sama internasional. Rohnya menteri ada di BKF. Karena fungsinya benar-benar menyerap, memfungsikan dan merekomendasikan," tegasnya saat ditemui di Kantornya, Jakarta, Senin (24/5/2010).

Anggito juga menyampaikan sebaiknya pengganti dirinya sebagai Kepala BKF mampu menutupi kekurangan yang dimiliki Menteri Keuangan.

"Apa yang jadi kekurangannya, dia (Menteri Keuangan) bisa cari di BKF," ujarnya.

Untuk Pelaksana Tugas sepeninggalnya, Anggito mengharapkan bisa dari pihak internal. Namun, untuk penggantinya, dia berharap bisa dicari yang benar-benar memiliki kemampuan di bidang fiskal.

"Kalau definitif betul-betul cari resources yang ada, baik dari pemerintah, Kemenkeu, maupun dari universitas. Kan saya dari universitas juga, Kepala BKF, PJs itu nggak apa-apa. Lain misalkan dengan Dirjen pajak, perbendaharaan, itu harus definitive karena dia menandatangani uang, kalau ini kan tidak," jelasnya.

Yang terpenting, lanjut Anggito, penggantinya mau belajar dan tetap memegang asas kepantasan.

"Anda ingat saya kan golongan 3B jadi eselon I, 10 tahun saya jadi PJs, gak apa-apa juga. Yang terpenting jam terbang, pengalaman dan pengetahuan, dan bergaul, tanpa melupakan asas kepantasan," tukasnya

Mundurnya sang Abimanyu


Berulang kali nama Anggito Abimany masuk bursa orang top di negeri ini, berulang kali pula nama itu kemudian hilang dari peredaran. Keputusan terakhir sang Abimanyu untuk kembali mengabdi pada almamater sungguh sangat arif bijaksana. Mas titok, begitu panggilan akrab Anggito, akan kembali bertemu dengan mahasiswa yang memujanya.

Banyak orang kecewa dengan lengsernya sang Abimanyu, aku termasuk salah satunya, tapi aku juga bahagia karena sang Abimanyu akan terhindar dari bulan-bulanan kepentingan politik. Selamat datang kembali ke Yogya mas Titok, Yogya sangat merindukanmu selama sepuluh tahun terakhir ini. Kami akan ikut menjaga harga dirimu, sebagaimana alasanmu mundur.

Aku sangat terkesan dengan pesan sang Abimanyu dalam acara perpisahan beliau dengan karyawannya di BKF. Dalam pidato terakhirnya di tengah seluruh pegawainya dalam acara perpisahan sore ini (24/5/2010), Anggito menyampaikan bahwa keputusannya tersebut adalah murni menjaga harga dirinya. Dirinya pun berharap agar dia menjadi orang terakhir yang menjadi korban dari permasalahan yang saat ini menimpanya.

"Jangan lagi ada yang menangisi kepergian saja. Saya tidak punya kata-kata lain selain ucapan terima kasih yang sebesar-sebesarnya kepada BKF dari saya dan keluarga. Biarlah saya menjadi orang terakhir yang menghadapi masalah ini," ujarnya.

Dirinya pun berpesan kepada segenap pegawai BKF yang kelak menjadi pemimpin agar ketika menjadi pemimpin tidak bersikap sewenang-wenang. Dia pun mengingatkan menjadi pemimpin itu hanya bersifat sementara.

"Apa yang saya lakukan adalah yang lazim dan biasa, mari kita cam-kan, menjadi pemimpin itu hanya sementara, tidak ada pemimpin yang abadi, makanya jangan sewenang-wenang. Orang lain juga punya harga diri jadi sebaiknya tidak sewenang-wenang," tegasnya.

Kata-kata yang disampaikannya tersebut sepertinya sedikit menyentil beberapa pihak. Namun sekali lagi dia menyampaikan agar manusia semestinya tidak takut dengan manusia melainkan dengan Tuhan.

"Kita tidak boleh takut pada manusia, tapi kepada Allah," tukasnya.

Semoga aku juga akan mendapatkan pengganti pemimpin di institusiku seperti Abimanyu yang satu ini. Amin.

Bea Keluar CPO


Salah satu alat yang digunakan oleh pemerintah untuk mengatur laju ekspor minyak sawit mentah (CPO) adalah bea masuk. Buan mei ini Departemen Perdagangan menetapkan bea keluar Crude Palm Oil (CPO) atau minyak sawit mentah sebesar 4,5% mulai 1 Mei. Bea keluar itu sama dengan April, namun naik jika dibandingkan Januari hingga Maret yang sebesar 3%

Ketentuan itu tertuang dalam Peraturan Menteri Perdagangan RI No 19/M-DAG/PER/4/2010 tentang penetapan harga patokan ekspor atas barang ekspor yang dikenakan bea keluar.

Menurut permendag baru yang dikutip detikFinance, Selasa (27/4/2010), bea kaluar CPO itu didasarkan pada harga referensi CPO yang ditetapkan sebesar US$ 823,74/MT.

Berdasarkan dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 223/PMK.011/2008 tentang penetapan barang ekspor yang dikenakan bea keluar dan tarif bea keluar, maka diputuskan bea keluar baru.

Terhadap penetapan dan pengenaan tarif bea keluar terhadap barang ekspor berupa kelapa sawit dan CPO dan produk turunannya, maka berlaku ketentuan:


* Untuk harga referensi hingga US$ 700 per ton, maka tarif bea keluarnya adalah 0%
* Untuk harga referensi US$ 701-750 per ton, maka bea keluarnya adalah 1,5%
* Untuk harga referensi US$ 751-800 per ton, maka bea keluarnya adalah 3%
* Untuk harga referensi US$ 801-850 per ton, maka bea keluarnya adalah 4,5%
* Untuk harga referensi US$ 751-900 per ton, maka bea keluarnya adalah 6%
* Untuk harga referensi US$ 901-950 per ton, maka bea keluarnya adalah 7,5%
* Untuk harga referensi US$ 951-1.000 per ton, maka bea keluarnya adalah 10%
* Untuk harga referensi US$ 1.001-1.050 per ton, maka bea keluarnya adalah 12,5%
* Untuk harga referensi US$ 1.051-1.100 per ton, maka bea keluarnya adalah 15%
* Untuk harga referensi US$ 1.101-1.150 per ton, maka bea keluarnya adalah 17,5%
* Untuk harga referensi US$ 1.151-1.200 per ton, maka bea keluarnya adalah 20%
* Untuk harga referensi US$ 1.201-1.250 per ton, maka bea keluarnya adalah 22,5%
* Untuk harga referensi lebih dari atau sama dengan US$ 1.251 per ton, maka bea keluarnya adalah 25%.


HPE kelapa sawit, CPO dan produk turunannya untuk periode 1 Mei-31 Mei 2010 adalah:

* Buah dan Kernel Kelapa Sawit: US$ 389/MT
* CPO: US$ 752/MT
* Crude Olein: US$ 787/MT
* RBD Palm Olein: US$ 797/MT
* RBD Palm Kernel Olein: US$ 967/MT
* Crude Stearin: US$ 779/MT
* Crude Palm Kernel Oil (CPKO): US$ 983/MT
* Crude Kernel Olein: US$ 983/MT
* Crude Kernel Stearin: US$ 983/MT
* RBD Palm Kernel Oil: US$ 1.017/MT
* RBD Palm Oil: US$ 797/MT
* RBD Palm Stearin: US$ 787/MT
* RBD Palm Kernel Stearin: US$ 1.336/MT
* Biodiesel dari minyak sawit: US$ 935/MT
* RBD Palm Olein dalam kemasan bermerak kurang 25 kg: US$ 797/MT

Serangan terhadap sawit membuat dua saudara bersatu


Isu lingkungan yang menerpa bisnis kelapa sawit menjadikan Indonesia dan Malaysia menjadi kompak, aku jadi teringat istilah yang sering digunakan olah kolegaku "burung sejenis akan bertengger di dahan yang sama". Kali ini Indonesia dan Malaysia sebagai produsen besar CPO dunia menghadapi serangan terhadap bisnis kelapa sawit. Mau tidak mau seranagn ini membuat dua bersaudara kembali "bercengkerama"

Sebagaimana yang dilansir detik finance, Indonesia dan Malaysia bekerjasama di bidang sawit. Kedua negara ini meresmikan kerjasama di bidang sawit dengan membentuk Indonesia-Malaysia Palm Oil Group (IMPOG).

Kesepakatan untuk berkolaborasi telah dicapai antara Indonesia dan Malaysia awal Maret lalu. Sebanyak enam asosiasi pengusaha kelapa sawit Indonesia-Malaysia yaitu GAPKI, Apkasindo, MPOA, SOPPOA, FELDA dan APIMI sepakat berkolaborasi membentuk forum kerjasama sesama produsen sawit dalam rangka sustainable palm oil.

Kerjasama ini bertujuan untuk menangani isu-isu terkait sektor sawit seperti isu gas rumah kaca, lahan gambut, perluasan lahan, dan restriksi area kelapa sawit yang selama ini selalu menjadi batu sandungan para pengusaha kedua negara karena adanya tuduhan-tuduhan miring oleh banyak pihak termasuk NGO-NGO internasional maupun lokal.

RI dan Malaysia selanjutnya meresmikan kolaborasi di bidang sawit di Malaysia, Senin (3/5/2010). IMPOG akan dipimpin oleh Asosiasi Investor Perkebunan Malaysia di Indonesia, yang sekaligus akan menjadi sekretariat pada tahun ini.

"Kepemimpinan akan dirotasi setiap 2 tahun sekali," demikian komunike bersama yang dikutip dari harian Malaysia, The Star, Selasa (4/5/2010).

Dalam komunike bersama itu, IMPOG telah membangun sebuah steering committee untuk fokus pada research and development, isu yang berhubungan dengan sustainabilitas dan komunikasi kepada para stakeholder.

"IMPOG tidak mendiskusikan skema sertifikasi sustainabilitas alternatif untuk minyak sawit. Namun pertemuan itu sepakat menjalin kerjasama dengan Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) untuk skema yang lebih praktis dan bisa diimplementasikan," demikian komunike bersama itu.

Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), Purboyo Guritno mengatakan, saat ini adalah waktu yang tepat bagi para produsen CPO di Indonesia dan Malaysia untuk mengadopsi strategi yang proaktif guna melawan kampanye hitam dari negara-negara Barat.

"Sejauh ini kita mengambil sikap defensif, dengan harapan aksi-aksi anti industri sawit akan menyerah seiring membaiknya pengetahuan akan dampak positif industri ini pada pengentasan kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi," imbuhnya.

Serangan kembali pada emas hijau


Aku teringat waktu terjadi serangan terhadap emas hijau pada saat kita terkena krisi ekonomi tahun 1997-1998. Pada periode itu dunia menggempur bisnis sawit dengan menghembuskan isu trans fat, dan jadilah ekspor CPO terguncang baik dari Indonesia maupun Malaysia.

Dan kini 12 tahun kemudai serangan kembali dengan mencanangkan isu lingkungan. Langkah manis diambil dua bersaudara Indonesia dan Malaysia untuk melakukan kampanye bersama ke Eropa bulan Juni mendatang.

Menteri Pertanian Suswono dalam acara Dewan Ketahanan Pangan di Hotel Red Top, Jakarta, Selasa (25/5/2010)berkata " Bulan depan saya akan ke Helsinky dan Roma untuk meng-counter yang dilakukan banyak pihak terhadap sawit kita. Kita akan adakan konferensi, ya fair-lah. Bersama dengan Malaysia kita sepakat akan melakukan campaign. Bersama" sebagaimana berita yang dilansir detik finance.com

Suswono mengungkapkan tugasnya berkampanye ke Eropa agar masalah tudingan miring terhadap sawit Indonesia, bisa mendudukan persoalan sawit RI maupun Malaysia tidak merusak lingkungan seperti yang ditudingkan LSM lingkungan, produsen, dan lain-lain.

"Ini yang akan kita optimalkan. Kalau ada hambatan perdagangan baru kita akan lakukan (pengaduan ke WTO). Kalau kita dirugikan kita bisa melakukannya," ucap Suswono.

Dikatakan masalah sawit ini, saat ini sudah bercampur antara isu lingkungan dengan kepentingan ekonomi. Meski selama ini pihak Barat (Eropa) selalu beralibi mengenai masalah aspek lingkungan saja.

"Kalau ada tuduhan seperti itu kita cari saja tim independen. Kalau masih ada tim independen masih menolak juga, berarti memang ada kepentigan ekonomi di situ," jelasnya.

Mengenai produksi sawit (CPO) Indonesia pada tahun 2010 ini pemerintah optimis akan mencapai 21-23 ton. Angka ini meningkat jauh dari capaian produksi sawit Indonesia di tahun 2009 yang hanya mencapai 19,8 juta ton.

"Kita akan meningkatkan produktivitas, sekarang ini masih 2,5 ton per hektar, atau masih dibawah Malaysia 4 ton per hektar. Jadi kita lebih meningkatkan produktivitas bukan menambah areal baru," tegasnya.