Rabu, 13 Januari 2010

Bagaimana industri gula terkait ACFTA 2010 ini


Sejak tanggal 1 Januari 2010 ACFTA fektif berlaku, perjanjian antara China dan Indonesia. Pro dan kontra masih tetap berjalan, meski mau tidak mau, suka tidak suka, ACFTA harus dilaksanakan.

Terbayang pasar komoditi kita yang bergitu sensitif terhadap bea masuk, bagaimana jadinya dengan industri gula umumnya dan produksi BUMN yang berkecimpung di bisnis gula.

Bisa dikata, sampai dengan saat ini, gempuran gula impor ilegal belum bisa diselesaikan dengan tuntas, berbagai cara dan upaya sudah dilakukan. Berbagai institusi sudah dikerahkan, selalu saja berita adanya gula impor ilegal menumpuk digudang bisa kita temui.


Itu pula yang dikemukakan oleh
Ketua LP3E Faisal Basri dalam acara konferensi pers di kantor Kadin, Jakarta, Selasa (12/1/2010) seperti dimuat di detik finance, bahwa "Pengaruh ACFTA tidak terlau berpengaruh, yang jadi persoalan adalah barang yang masuk secara ilegal,"

Menurutnya lagi, perdagangan bebas AC-FTA tahun 2010 hanyalah penurunan tarif bea masuk dari 5% ke 0% dalam jadwal Normal Track 1 (NT 1). Faisal menambahkan di luar itu, Indonesia semenjak tahun 1998 lalu secara sukarela sudah menurunkan bea masuk secara bertahap dan hanya melindungi secara khusus untuk produk-produk sensitif seperti gula dan beras. Ini berarti industri gula masih bisa bernafas lega dengan masih adanya perlindungan dari pemerintah. Semoga industri gula tidak terlena dengan perlindungan yang menyejukkan ini.

Sementara itu anggota LP3E Pande Raja Silalahi menambahkan seharusnya kalangan dunia usaha di Tanah Air tidak perlu khawatir dengan adanya AC-FTA. Ia mengharapkan dunia usaha dan masyarakat jangan terbelunggu dengan pemikiran barang China akan deras setelah adanya AC-FTA.

Ayo kita sikapi secara positif dengan memproduksi barang secara efektif dan efisien agar mampu bersaing dengan barang-barang China yang sudah kulonuwun dengan sopan ini.


2 komentar:

EYANG RESI 313 mengatakan...

Salam berkunjung dan mengamankan yang SETUNGGAL

EYANG RESI 313 mengatakan...

Negeri ini terkenal sebagai produsen gula, tetapi kenapa harga gula di negeri kita lebih tinggi dari negeri tetangga ?

Mungkin kebanyakan masyarakat yang terlibat dalam bisnis ini tidaklah hidup hatinya sehingga tidak dapat memancarkan cahaya Tuhan dalam lubuk hatinya.

Tetaplah berkaya dengan hati yang jernih dan memancarkan cahaya Tuhan.