Selasa, 25 Mei 2010

Serangan kembali pada emas hijau


Aku teringat waktu terjadi serangan terhadap emas hijau pada saat kita terkena krisi ekonomi tahun 1997-1998. Pada periode itu dunia menggempur bisnis sawit dengan menghembuskan isu trans fat, dan jadilah ekspor CPO terguncang baik dari Indonesia maupun Malaysia.

Dan kini 12 tahun kemudai serangan kembali dengan mencanangkan isu lingkungan. Langkah manis diambil dua bersaudara Indonesia dan Malaysia untuk melakukan kampanye bersama ke Eropa bulan Juni mendatang.

Menteri Pertanian Suswono dalam acara Dewan Ketahanan Pangan di Hotel Red Top, Jakarta, Selasa (25/5/2010)berkata " Bulan depan saya akan ke Helsinky dan Roma untuk meng-counter yang dilakukan banyak pihak terhadap sawit kita. Kita akan adakan konferensi, ya fair-lah. Bersama dengan Malaysia kita sepakat akan melakukan campaign. Bersama" sebagaimana berita yang dilansir detik finance.com

Suswono mengungkapkan tugasnya berkampanye ke Eropa agar masalah tudingan miring terhadap sawit Indonesia, bisa mendudukan persoalan sawit RI maupun Malaysia tidak merusak lingkungan seperti yang ditudingkan LSM lingkungan, produsen, dan lain-lain.

"Ini yang akan kita optimalkan. Kalau ada hambatan perdagangan baru kita akan lakukan (pengaduan ke WTO). Kalau kita dirugikan kita bisa melakukannya," ucap Suswono.

Dikatakan masalah sawit ini, saat ini sudah bercampur antara isu lingkungan dengan kepentingan ekonomi. Meski selama ini pihak Barat (Eropa) selalu beralibi mengenai masalah aspek lingkungan saja.

"Kalau ada tuduhan seperti itu kita cari saja tim independen. Kalau masih ada tim independen masih menolak juga, berarti memang ada kepentigan ekonomi di situ," jelasnya.

Mengenai produksi sawit (CPO) Indonesia pada tahun 2010 ini pemerintah optimis akan mencapai 21-23 ton. Angka ini meningkat jauh dari capaian produksi sawit Indonesia di tahun 2009 yang hanya mencapai 19,8 juta ton.

"Kita akan meningkatkan produktivitas, sekarang ini masih 2,5 ton per hektar, atau masih dibawah Malaysia 4 ton per hektar. Jadi kita lebih meningkatkan produktivitas bukan menambah areal baru," tegasnya.

Tidak ada komentar: