Kamis, 05 Agustus 2010

Redenominasi langkah menuju mata uang ASEAN


Masih kebayang keluhan teman yang tinggal di Belanda karena penyatuan uang Eropa menjadi Euro. Dia keki karena gaji disesuaikan dengan nilai tukar Belanda terhadap Euro tetapi harga dikebanyakan toko hanya mengubah satuan, katakan dari 5 gulden menjadi 5 Euro.Nach ini salah satu hal yang perlu kita antisipasi bila redenominasi rupiah dijalankan sebagai langkah antisipasi terhadap penyatuan mata uang ASEAN.

Satu langkah didepan sudah disiapkan pemerintah untuk mengantisipasi penyatuan mata uang ASEAN, dengan harapan kehidupan kita menjadi lebih mudah, meski sampai sekarang beragam persepsi dan bahkan pro dan kontra tetap berlangsung, seperti yang dilansir detik finance. Tetapi tidak perlu kita menjadi panik, karena justru perbedaan pandangan ini nanti yang akan membuat keputusan menjadi lebih obyektif karena mempertimbangkan berbagai sudut pandang.



Rencana penyederhanaan nominasi mata uang rupiah atau redenominasi masih terus membuahkan persepsi beragam. Beberapa pihak berpendapat langkah redenominasi tak terlepas dari pembentukan masyarakat ekonomi ASEAN di 2015 khususnya menyangkut wacana penyatuan mata uang di ASEAN layaknya Uni Eropa (Euro).

"Menurut perkiraan beberapa pihak, redenominasi untuk mengantisipasi disatukannya mata uang ASEAN," kata CEO Kodel Group Fahmi Idris yang juga mantan menteri perindustrian saat berbincang dengan detikFinance, Kamis (5/8/2010)

Menurut Fahmi kemungkinan Gubernur BI saat ini mencoba mengantisipasi hal itu, dengan mengimbangi penguatan mata uang rupiah dengan negara-negara di regional ASEAN lainnya.

Bagi pengusaha saat ini, kata dia, masalah rencana redenominasi ini lebih pada soal ketidakjelasan yang menimbulkan pro dan kontra, pada akhirnya berakibat pada kegalauan kalangan pengusaha.

Ia menyatakan, di internal pemerintah sendiri masih terjadi keterkejutan soal rencana ini termasuk Wapres Boediono. Belum lagi masalah pro kontra yang terjadi di masyarakat.

"Pengusaha bingung, galau, pengusaha ingin stabil dan tenang. Kalau situasi pro kontra itu menakutkan bagi pengusaha," kata Fahmi.

Namun kata Fahmi, soal teknis dari redenominasi, ia meyakini bukan lah sebagai senering atau pemotongan nilai. Bagi pengusaha sepanjang redenominasi tak mempengaruhi nilai maka tak perlu dipersoalkan.

Fahmi menambahkan, dengan kondisi saat ini yang masih terjadi pro dan kontra akan mempengaruhi psikoligis masyarakat. Bagi seorang pengusahaa kondisi yang belum menentu akan menimbulkan ketidaknyamanan.

"Situasi ini menimbulkan kegalauan. Karena kalau galau membingungkan pengusaha. Prinsipnya pengusaha itu akan wait and see karena pemerintah belum satu suara," katanya.

1 komentar:

Paguyuban Pedagang Pasar Islam mengatakan...

sejarah membuktikan sanering maupun redenominasi adalah hal terburuk yg pernah terjadi.
jangan sampai qt semua tertipu oleh perkataan dajjal