Jumat, 31 Desember 2010

Prospek perkebunan tahun 2011


Hari treakhir ditahun 2010, udara Yogya terasa gerah, semoga saja nanti malam tidak diguyur hujan deras, kalau gerimis sich itu sudah biasa sebagai penyejuk malam pergantian tahun yang selalu hingar bingar.

Udara mungkin terasa gerah, tapi bisnis perkebunan terasa sejuk bahkan beberapa pengamat mengatakan prospek yang menggembirakan ada pada batu bara dan perkebunan. Senada dengan hal rersebut Dirjen Perkebunan yang baru Gamal Nasir mengungkapkan hal yang sama sebagaimana dilansir oleh detik finance




Prospek sektor perkebunan pada tahun 2011 masih akan tetap menjanjikan dari berbagai hal termasuk bisnis. Dari sisi makro sektor perkebunan masih menjadi parameter penyerapan tenaga kerja, investasi pembangunan, nilai ekspor komoditi, surplus neraca perdagangan, dan pendapatan pekebun.

“Prospek pembangunan perkebunan tahun 2011 masih cerah dan bisa diindikasikan melalui penyerapan tenaga kerja baru sebanyak 300 ribu orang atau meningkat sebesar 32,74 % dibanding 2010 dan melibatkan 20,45 juta pekebun," kata Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian Gamal Nasir Gamal Nasir di kantornya Kamis (30/12/2010).

Selain itu, dilihat dari investasi pembangunan perkebunan juga meningkat sebesar Rp 51,73 triliun atau tumbuh sebesar 14,50% dibanding 2010. Dari nilai ekspor, komoditi perkebunan naik sebesar 17,65 % dibanding 2010atau menjadi 37,52 milyar USD. Surplus neraca perdagangan juga akan meningkat 17,73 % atau menjadi 33,97 miliar USD. Dilihat dari pendapatan pekebun minimal menjadi 1.660/kk/2 ha/ tahun dan NTP perkebunan rakyat menjadi 106,07 atau tumbuh 1 %.

Gamal juga menambahkan bahwa secara mikro, prospek pembangunan perkebunan digambarkan melalui indikator luas areal perkebunan yang meningkat sebesar 2.27 % atau menjadi 20,86 juta ha dibanding tahun 2010. Indikator kedua yaitu dilihat dari produksi tanaman perkebunan yang meningkat sebesar 6,59 % dibanding 2010 atau meningkat menjadi 36,90 juta ton.

Namun, untuk mencapai itu semua diperlukan usaha yang keras. Pada tahun 2010, ditemukan beberapa permasalahan yang menghambat kinerja sektor perkebunan, antara lain ketersediaan lahan untuk perluasan tanaman perkebunan, bencana alam yang dapat menggagalkan panen, dan sertifikasi lahan petani yang merupakan syarat utama bagi kegiatan revitalisasi perkebunan belum berjalan dengan baik. Selain itu juga pemerintah belum menyediakan dana tanggap darurat untuk menanggulangi bencana alam dan perubahan iklim yang ekstrim.

“Untuk menanggulangi bencana alam dan perubahan iklim yang ekstrim, untuk tahun mendatang memang sudah disediakan, tetapi baru dikoordinasikan dengan dirjen keuangan,”imbuh Gamal.

Mari kita tunggu kiprah pak Dirjen baru menggantikan Pak Manggabarani.

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Wah, hebat!

Anonim mengatakan...

jika banyak perkebunan yang mulai digarap.
kami akan peduli dengan penanganan limbah yang diterapkan, agar Indonesia lebih berkarya di kancah dunia.