Sabtu, 14 Februari 2009

Tehnik Membelanjakan Pesangon


Seorang pria paruh bayak duduk terpekur di bangku antrian sebuah bank, usut punya usut ternyata si bapak kesulitan keuangan karena uang pesangon dari tempat kerja ketika dia kena gelombang “golden shake hand” tertanam dilembaran saham yang sekarang nilainya jeblok semua.

Maksud hati membiayai hidup sehari-hari dari gain darena melonjaknya harga saham apa daya terjunnya harga saham yang harus dihadapi, padahal sampai dengan sekarang beliau belum juga mendapat pekerjaan baru. Itulah secuil kisah seorang pekerja yang salah perhitungan dalam membelanjakan uang pesangon.

Melihat fenomena krisis ekonomi yang melanda seantero bumi sekarang ini, tidak bisa dipungkiri bahwa gelombang “golden shake hand” berikutnya akan menyusul. Tanpa berniat menakut-nakuti, kita semua harus siap dengan segala kemungkinan yang bisa terjadi.

Mari kita berhitung, pesangon diberikan oleh perusahaan dalam rangka membantu eks karyawannya dalam menyiapkan kehidupan paska PHK, selanjutnya sangatlah tergantung pada karyawan tersebut untuk menjalankan uang pesangonnya. Bila beruntung, maka kesejahteraan lebih baik yang didapat, tetapi bila apes (tidak beruntung) bangkrutlah yang didapat, seperti bapak pada ilustrasi cerita diatas.

So, bagaimana kita harus membelanjakannya?

Karena pesangon ditujukan untuk biaya kehidupan sehari-hari setelah tidak lagi jadi karyawan, maka uang pesangon ini harus dibelanjakan untuk investasi atau untuk modal kerja yang memberikan pendapatan pada masa-masa yang akan datang, terutama apabila tidak lagi bekerja sebagai karyawan.

Apa investasi yang sebaiknya diambil?

Apabila kita gunakan untuk modal kerja, maka faktor penting yang harus diperhitungkan adalah jenis pekerjaan yang kita cintai dan kita punya pengetahuan atau keahlian tentang pekerjaan itu, misal kita hobi uthak-athik kendaraan, maka kita bisa buka usaha showroom sepeda motor/mobil atau buka bengkel motor/mobil.

Secara sederhana investasi dapat dilakukan pada investasi yang menuntut kita untuk mengelola secara rutin atau tanpa pengelolaan rutin.

Investasi tanpa pengelolaan rutin dengan risiko rendah bisa berupa tabungan, deposito, reksadana, emas

Investasi dengan pengelolaan rutin dengan risiko rendah membuat dan menyewakan gerobak makanan/minuman, etalase took, truk/angkot,

Investasi dengan pengelolaan rutin dengan risiko tinggi saham.

Mana yang kita pilih, sekali lagi tanya diri sendiri tentang kesukaan, kecintaan, kemampuan dan kehidupan selanjutnya yang ingin dijalani.

Selamat berhitung, jangan lupa berbagi pengalaman ya.



Tidak ada komentar: