Senin, 16 Maret 2009

Belanjalah seolah gajimu sebesar uang pensiunmu

Suatu siang bulan Januari diruang kerja, saya kedatangan tamu dari luar kota. Berikut salah satu petikan pembicaraan menarik kami waktu itu.

”Untuk persiapan pensiun tahun depan, belanja istriku mulai aku kurangi”. Kata amu saya yang akan pensiun awal tahun 2010.
”Bagaimana menjadwalnya?” Tanya saya
”Karena saya akan menerima uang pensiun sebesar Rp1.500.000 per bulan, maka mulai Januari, istri saya beri uang Rp 6.000.000,00. mulai bulan Juli berkurang satu juta menjadi menjadi Rp 5.000.000,00, mulai Oktober saya kurangi lagi menjadi sebesar Rp 3.000.000,00 dan per Januari menerima uang pensiun sebesar Rp 1.500.000,00”
”Bagaimana istri bapak bisa mengubah belanja dari Rp 30.000.000,00 per bulan menjadi Rp 6.000.000,00. Apa tidak terlalu drastis?” tanya saya
”Apa boleh buat, itu harus diterima, karena saya tidak ingin istri saya kaget saat pensiun tiba, jadi harus saya siapkan dari sekarang. Meskipun ini terlambat, tapi lebih baik terlambat dari pada tidak sama sekali”
”Betul bapak”

Sungguh bijak keputusan bapak tersebut dalam mempersiapkan uang belanja istri menghadapi saat pensiun tiba. Tapi bagaimana bisa dijalankan ya? Mendadak sontak uang belanja di potong tinggal seperlima (20%)? Aduch peningnya....

Benar tindakan bapak tersebut, karena mau tidak mau memang uang pensiun yang diterima jauh dari jumlah yang diterima saat masih aktif, sehingga sangat bijaksana kalau mulai membiasakan diri membelanjakan uang bulanan sebesar penerimaan pensiun.

Nach, berikut beberapa langkah yang bisa dilakukan agar bisa mengatur pengeluaran sesuai uang pensiun:
• Memahami bahwa uang pensiun tidak akan bertambah selama masa pensiun, sehingga pengeluaran juga harus dibuat seminimal mungkin meningkat secara total, walau mungkin secara parsial bisa meningkat, tetapi harus diimbangi dengan penurunan pengeluaran disisi yang lain.
• Menentukan kebutuhan dasar yang harus dibayarkan selama satu bulan. Hal ini bisa berupa belanja bahan pangan dan belanja keperluan pribadi yang lain.
• Hitunglah kebutuhan biaya listrik, air dan telepon yang paling efisien.
• Hitunglah biaya tranpsortasi (setelah menentukan apakah masih akan menggunakan mobil/kendaraan yang sama atau diganti dengan yang lebih irit bahan bakar)
• Hitunglah biaya kesehatan, hal ini tidak berarti biaya yang dikeluarkan karena kita sakit, tetapi juga biaya untuk membeli vitamin ataupun suplemen agar tetap sehat
• Tentukan apakah kita perlu ikut dalam asuransi jiwa.

Lha terus dikemanakan kelebihan uangnya dibelanjakan selama satu tahun menjelang pensiun? Sebaiknya kelebihan uang ini tidak dibelanjakan, tetapi diinvestasikan, sehingga uangnya tidak habis, tapi bisa menambah penghasilan sampai saat pensiun nanti tiba.

Coba kita hitung bersama, kalau pendapatan Rp 30.000.000,00 dibelanjakan hanya Rp 6.000.000,00 berati ada sisa Rp 24.000.000,00. Katakan dideposito dengan bunga 12% per tahun berati mendapat bunga Rp 240.000,00 dipotong pajak 20% (Rp48.000,00), sehingga uang yang diterima bersih sebesar Rp 192.000,00.
Bulan Februari deposito bertambah sebesar Rp. 24.000.000,00, berarti ada tambahan bunga yang didapat sebesar Rp 192.000,00. Dan akan terus bertambah bertambah dalam jumlah yang sama sampai dengan bulan Juni.
Mulai bulan Juli sampai dengan September, uang deposito meningkat menjadi sebesar Rp 25.000.000,00 (Rp30.000.000,00 – Rp 5.000.000,00). Dengan asumsi bunga 12% maka bunga deposito sebesar Rp250.000,00 dipotong pajak 20% (Rp50.000,00) sehingga bunga bersih diterima sebesar Rp200.000,00
Sedangkan bulan oktober sampai dengan desember jumlah deposito berubah menjadi Rp 27.000.000,00 per bulan (Rp30.000.000,00 – Rp 3.000.000,00). Bunga depositonya menjadi Rp270.000,00 dikurangi pajak 20% (Rp54.000,00) maka bunga bersihnya sebesar Rp216.000,00

Jadi mulai bulan Januari yang diterima tidak murni Rp 1.500.000,00 saja dari uang pensiun, tetapi bertambah dengan bunga deposito sebesar Rp1.368.000,00 (akumulasi bunga deposito sejak bunga deposito pertama). Gunakan kelebihan dari penghasilan deposito ini bukan untuk kebutuhan pangan atau belanja pribadi, tetapi untuk rekreasi. Entah untuk mengunjungi saudara yang selama ini tidak pernah dikunjungi karena kesibukan bekerja atau untuk mengunjungi anak cucu yang sudah tidak tinggal serumah dengan anda lagi. Kecuali anda tetap tidak bisa hidup dengan uang pensiunan sebesar Rp1.500.000,00 per bulan, maka anda harus menetapkan biaya hidup minimal yang mungkin anda bisa kelola, misalkan sebesar Rp 3.000.000,00, maka gunakan kelebihan untuk ditabung kembali.

Selamat hidup hemat untuk kehidupan lebih baik dimasa pensiun.



2 komentar:

Andi medan mengatakan...

Bagus sekali ilustrasinya.

MUdah mudahan ada uang bisa didepositokan. Nah itu masalahnya.
Sy sdh mengurangi semuanya, mbak.
Kok tau pensiun ku cuma 1,5 jt?

Unknown mengatakan...

saran dari ekonom yg suka matematik
'melarat'lah dulu sebelum kamu jatuh miskin !

asumsinya, pas pensiun kita sdh 'bebas' dari kewajiban membesarkan anak, tidak butuh pembantu, tidak butuh penjaga rumah, tidak butuh binatang peliharaan, tidak butuh jalanjalan, yang dibutuhkan hanya nonton tv tanpa ditemani airconditioner !

ah, kayaknya kita masih harus mempertanyakan kinerja yayasan pengelola dana pensiun
kayaknya kita harus membayar ekonom yang aliran ekonomisubsidi untuk mengaudit yayasandanapensiun
ato kita diemnjegideg gini aja
nrimo ing pandumnya orangorang yang ogah & gak bisa profesional nangani dana pensiun ?
kayaknya opsi yg terakhir ini yg bakal kita pilih
ya ?