Kamis, 26 November 2009

Belajar merdeka financial


Keadaan yang sudah umum kita jumpai di masyarakat, orang-orang yang sudah memasuki masa pension hidupnya susah secara financial maupun kesehatan.

Ketika masa muda tak mampu membeli barang yang diinginkan karena tidak punya uang. Saat produktif banyak barang dibeli bukan karena kebutuhan tetapi karena keinginan bahkan tuntutan gengsi jabatan. Saat pension kembali ke tahap tak mampu membeli barang yang diinginkan karena tidak punya cukup uang pensiun untuk membeli.

Sungguh ironis kehidupan di masa lansia. Agar tidak mengalami hal tersebut maka sebaiknya sejak masih masa produktif, kehidupan financial dimasa lansia sudah disiapkan. Bagaimana mungkin…lha wong gajinya saja pas-pasan…pas mau beli, pas tidak punya uang, sahut suara dari dalam diriku.

Ya, paradigma gaya belanja dan gaya konsumsi mesti dirubah ke asal. Kebanyakan dari kita belanja atau konsumsi itu mengikuti penerimaan, dalam arti begitu gaji meningkat, maka gaya belanja mulai juga meningkat, tidak hanya masalah mutu tetapi meungkin lebih kepada pertimbangan harga atau gengsi.

Gaya belanja orang Indonesia inilah yang dimanfaatkan para produsen barang konsumsi.
Lihat saja, apa jenis handphone yang di miliki seseorang di sekeliling anda, lalu perhatikan, fasilitas apa saja yang dimanfaatkan/digunakan. Mayoritas kita hanya menggunakan handphone untuk telpon menelpon dan sms, tetapi selalu berusaha untuk membeli handphone paling canggih dengan harga mahal karena gengsi atau para pengamat gaya hidup menyebutkan sebagai trend.

Gaya mengikuti trend atau keinginan seperti inilah yang menyebabkan pengeluara selalu meningkat, yang tidak jarang kenaikan pengeluaran melebihi peningkatan penerimaan atau gaji dan bonus.

Mari kita kembali keasal. Belanja atau konsumsi berdasarkan kebutuhan (need) bukan keinginan (want). Kita sadar bahwa kebutuhan itu sangat sederhana seperti kenyang, sehat, berpendidikan tetapi keinginan begitu menggoda seperti gaya, trend, gengsi, jabatan dan mendapat sanjungan.

Kebutuhan makan mendasar adalah pemenuhan karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral. Nach sejak kecil kita sudah belajar makanan 4 sehat 5 sempurna. Ambil contoh kita makan sepiring nasi pecel dengan lauk telur mata sapid an didampingi segelas susu kedelai.

Kebutuhan makan sehat terpenuhi. Tetapi seiring dengan pendapatan/gaji yang diterima maka makan kemudian berubah. Tidak mau lagi selalu dijejali oleh nasi pecel, lebih gengsi makan junk food di pojok mall yang sangat ramai. Alih-alih kesehatan yang diperoleh malah secara financial menjadi boros dan kesehatan tubuhpun terusik.

Nach, saat kita mengubah paradigm menjadi menjalani hidup ini berdasar kebutuhan bukan keinginan, maka berapapun besar gaji kita, kita akan mampu untuk melakukan investasi dengan besaran tergantung pada besaran penerimaan semasa produktif. Ambil contoh misalnya menginvestasikan kelebihan uang dalam bentuk deposito, obligasi, reksadana, property, bisnis/usaha.

Bila hal ini dilakukan sejak jauh hari saat masih produktif maka hasil yang didapat pada masa pension akan semakin besar. Maka pada saat lansia, kita bisa menjalani hidup dengan sehat karena sejak produktif mengelola makan dengan pola makan sehat, sedangkan secara financial kita bisa merdeka karena uang yang kita investasikan dimasa muda sudah bisa memberi hasil yang lebih besar dari uang pension kita tanpa harus kita bekerja, atau ahli keuangan Robert kiyosaki mengatakan sebagai merdeka financial.

Mari kita siapkan kemerdekaan financial sejak sekarang, agar tidak terhindar dari terbelenggu masalah keuangan dimasa lansia.

Tidak ada komentar: