Rabu, 17 Februari 2010

Sekilas reksadana (tulisan 1)


"Apa sekarang sudah mulai main saham seperti pak Budi?" sapa kolegaku saat kami ketemu dalam peringatan lustrum lembaga awal bulan ini.
"Belum" jawabku
"lho kenapa nulis tentang saham, tidak boleh begitu" sambungnya sesudah beliau tahu ada artikelku dimuat dimajalah kantor.
Bengonglah aku dibuatnya.
Aku merenung percakapan itu semalaman, apakah orang masih rancu ya perbedaan antara saham dan reksadana. Apakah masih banyak ya, orang diluar sana yang menganggap reksadana sama dengan saham.

Aku akan menulis topik reksadana dalam blog ini secara serial, sebagaimana tulisan sebelumnya tentang manajemen risiko dan wealth management. Mudah-mudahan bisa sedikit membantu memahami apa itu reksadana. Seperti juga pernah aku terima pertanyaan tentang reksadana di selah satu milist yang kuikuti.

Tahun kerbau telah berlalu berganti dengan tahun macan. Kerbau yang lamban namun kuat membajak sawah berganti dengan macan yang trengginas. Maka tidaklah diragukan kalau beberapa ekonom dan pengamat mengemukakan pandangan optimis akan pertumbuhan ekonomi ditahun macan ini. Memang kelabu Dubai world yang menaikkan suhu perbankan Eropa, mendungnya perbankan Austria dan Yunani, serta masih suramnya perekonomian uwak Sam masih memoleskan tintanya di jagat ekonomi dunia. Namun itu tidak menghadang langkah PTPN 3 dan 4 untuk go public serta 3 BUMN lain seperti yang disampaikan oleh Meneg BUMN dipenghujung tahun kerbau lalu.

Ya, prospek emas hijau kembali berkilau begitupun legitnya emas putih kembali mennggigit, meski produksi CPO ditahun 2010 akan tumbuh 7,8% dibawah pertumbuhan tahun 2007 sebesar 12,8% (riset kontan). Sedangkan produksi gula yang tidak memenuhi target produksi tahun 2009, kondisi ini memberi kesempatan bagi produsen (PTPN) untuk melakukan impor yang akan berakhir di April 2010, seperti yang disampaikan Mendag beberapa saat lalu.

Ditahun macan ini, diperkirakan pertumbuhan ekonomi akan mencapai kisaran 5,3% hingga 6%, LIPI memperkirakan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,9%. Untuk mencapai pertumbuhan sebesar itu tentu saja dibutuhkan investasi yang juga besar. Ekonom dari Universitas Indonesia Chatib Basri dalam sebuah presentasinya mengatakan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 1% dibutuhkan investasi sebesar 4,5% APBN. Salah satu andalannya adalah sektor swasta dan pasar modal, yang tahun ini rencananya akan diramaikan oleh pendatang baru dari BUMN termasuk PTPN.

Pingin berinvestasi dengan ikut memiliki saham PTPN tapi tak punya kesempatan untuk membeli. Jangan kuatir, masih banyak saham yang bisa dibeli. Tidak paham dengan saham jangan kuatir, masih banyak kesempatan untuk berinvestasi. Tidak punya uang banyak, jangan kuatir, ada investasi yang bisa dimulai dengan dana satu juta rupiah. Yach, tahun macan tahun optimis, kita tidak perlu memperbesar rasa khawatir yang tidak perlu.

Pernah mendengar ungkapan “don’t put you eggs in one bascket”. Ya, ungkapan ini sering terdengar kalau kita berbicara topik investasi dan risiko. Begitupun ungkapan ini juga berlaku dalam jagat wealth management. Tidak perlu takut membeli produk investasi. Begitu banyak ragam investasi yang bisa diambil, dari yang paling sederhana atau tradisional sampai yang modern ataupun sudah sophisticated. Satu hal pasti, tidak ada resep mujarab untuk investasi paling mak nyuuus, meminjam istilah pak Bondan Winarno dengan wisata kulinernya. Karena setiap individu punya preferensi akan risiko yang berbeda, sehingga pilihan investasi paling mak nyuus buat satu orang akan berbeda pada orang yang lain.

Sebagai pilihan bagi pemula yang pingin berinvetasi, salah satu pilihan umum adalah reksadana (mutual fund), salah satu produk investasi yang akan terasa manis ditahun macan ini. Namun sebelum mengambil keputusan investasi atau reksadana apa yang akan diambil sebaiknya tetapkan dulu tujuan investasi anda, kenali juga profil risiko diri, apakah termasuk yang suka mengambil risiko, atau termasuk yang tidak suka bermain risiko. Orang yang senang atau berani mengambil risiko akan berani mengambil investasi dengan risiko tinggi seperti saham, sedang yang tidak suka bermain risiko akan cenderung mengambil investasi yang aman seperti deposito atau ORI. Dalam ilmu manajemen risiko berlaku prinsip semakin tinggi result yang diperoleh akan semakin besar risiko yang ada sampai dengan batas tertentu.


Tidak ada komentar: